https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/issue/feed IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru 2024-03-31T00:00:00+00:00 Muhammad Aditya Pratama adityapratama@ikj.ac.id Open Journal Systems <p>Jurnal IMAJI mewadahi kumpulan berbagai topik kajian film/audio visual yang berisi gagasan, penelitian, maupun pandangan kritis, segar, dan inovatif mengenai perkembangan fenomenal perfilman khususnya dan audio visual pada umumnya. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelitian terhadap medium film serta audio visual yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perfilman, termasuk fotografi, televisi dan media baru di Indonesia, agar menjadi unggul dan kompetitif di tingkat nasional dan di dunia internasional.</p> https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/166 Kajian dampak sosiologi pengarsipan film-film Teguh Karya 2024-03-19T08:09:16+00:00 Muhammad Rivai Riza riririza@ikj.ac.id <p>Dalam karyanya yang terkenal Course in positive Philosophy (1830-1842). Sosiolog Auguste Comte menguraikan secara rinci pandangannya tentang perkembangan pengetahuan manusia. Dalam telaah sosiologi tersebut Comte menguraikan bahwa manusia sebagai bagian dari sebuah organisme sosial yang berkembang, di mana setiap manusia adalah bagian dari struktur yang memiliki fungsi seperti layaknya sebuah organisme biologis. Setiap individu memiliki peran dan fungsi yang saling bergantung dan menentukan terhadap stabilitas dan perkembangan masyarakat itu sendiri.</p> <p>Sinematek Indonesia adalah sebuah lembaga arsip Mandiri yang didirikan oleh sutradara dan penulis skenario Misbach Yusa Biran pada tahun 1974. Hingga hampir 50 tahun pendiriannya lembaga ini menjadi pusat dari berbagai penelitian tentang film Indonesia.</p> <p>Artikel ini adalah sebuah kajian aspek sosiologi dalam konsep organisme sosial Comte dari kekaryaan film sutradara film Teguh Karya (1937-2001) dan koleksi arsip film filmnya di Sinematek Indonesia, satu satunya lembaga resmi pengarsipan film yang didirikan tahun 1974 di Indonesia.</p> <p>Artikel ini mencoba mengajukan sebuah tinjauan&nbsp; peran sosial, dampak sosiologis dan budaya dari koleksi arsip film Teguh Karya, termasuk di dalamnya pendidikan sejarah dan film. Pengamatan secara spesifik melihat&nbsp; film pertama sutradara Teguh Karya berjudul Wajah&nbsp; Seorang Laki Laki (1971). Metode penelitian adalah dengan melakukan observasi materi&nbsp; arsip film dan kunjungan ke arsip film.</p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/165 Daya Tarik Visual Film Berjudul Miracle In Cell No. 7 2024-03-19T07:36:56+00:00 Martinus Eko Prasetyo martinusepk@gmail.com Theofilus Liu l1817@lecturer.ubm.ac.id <p>Film sebagai media visual gambar bergerak untuk menyampaikan cerita, gagasan, atau pesan kepada audiens sebagai alat ekspresi artistik dan naratif. Secara artistik menampilkan elemen-elemen visual, seperti komposisi gambar, pencahayaan, warna, dan pengaturan visual lainnya, untuk mengekspresikan estetika dan keindahan artistik. Sedangkan secara naratif adalah pengungkapan jalan cerita, pengembangan karakter, dan informasi pesan kepada audiens. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis lebih dalam tentang isi film secara estetika, peran karakter, <em>spectacle</em>, elemen audio dan editing, komposisi <em>angle</em> kamera, dan keunikan film. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif, pencarian data-data langsung dengan menonton film berjudul<em> Miracle In Cell No.7</em> yang diproduksi tahun 2013, dengan data-data penunjang daftar pustaka mengenai teori estetika visual, karakter, peranan karakter, spectacle, elemen audio, komposisi dan angle kamera. Hasil penelitian “Peranan Karakter Film Berjudul <em>Miracle In Cell No.7</em>” bahwa pentingnya daya tarik secara estetika, peran karakter, elemen audio dan editing, <em>spectacle</em>, komposisi <em>angle</em> &amp; kamera, dan keunikan film dalam membangun emosi audiens yang begitu mendalam dan ini menjadi alasan bagaimana film ini sukses menghadirkan hiburan yang terus dibicarakan oleh audiens hingga hari ini. Penelitian ini menghasilkan pentingnya membuat daya tarik visual pada film secara estetika, peran karakter, elemen audio dan editing, <em>spectacle</em>, komposisi <em>angle</em> &amp; kamera, dan keunikan film dalam membangun emosi audiens.<em><br /></em></p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/168 Analisis Hermeneutika Film Dokumenter Short Cut 2024-03-19T08:09:26+00:00 Kusen Dony Hermansyah kusendony@ikj.ac.id <p>Film <em>Short Cut</em> terasa biasa saja sebagai film dengan tipe <em>observational documentary.</em> Film ini bercerita tentang kelihaian seorang barber yang sedang memotong rambut seorang perempuan. Keunikannya adalah bahwa barber tersebut bertato dan bertindik. Metode penelitian yang akan digunakan dalam pengamatan ini metode penelitian kualitatif. Sumber datanya adalah film <em>Short Cut</em> yang disutradarai oleh Luigi Rizzo. Teknik pengumpulan datanya menggunakan studi kepustakaan dan dokumen, sedangkan analisis datanya menggunakan analisis hermeneutika radikal dari Jacques Derrida. Penggunaan teori tersebut menegaskan untuk tidak menilai seseorang dari penampilannya. Karena barber itu sangat piawai dalam menjalankan profesinya ketika mencukur rambut seorang perempuan. Selain itu, juga terungkap bahwa sang barber memiliki profesi lain.</p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/139 Film sebagai Literasi Bencana Berbasis Visual di Desa Sumber, Magelang, Indonesia 2024-03-19T07:36:43+00:00 Budi Dwi Arifianto budi_arifianto@umy.ac.id Zein Mufarrih Muktaf zein@umy.ac.id Silmy Mauli silmy.mauli.isip20@mail.umy.ac.id <p>Isu resiliensi menjadi isu yang penting pada Pengurangan Risiko Bencana di era sekarang ini, sesuai dengan yang menjadi salah satu prioritas pada<em> Sendai Framework for Disaster Risk Reduction</em>. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber, Magelang, sebuah desa yang masuk di Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi. Penelitian ini mencoba menerapkan model PEA (Produksi-Eksebisi-Arsip) dengan menggunakan pendekatan videografi dalam membangun literasi kebencanaan. Metode yang digunakan adalah PRA (Participant Research Apraisal), dengan melakukan pendekatan partisipasi bersama masyarakat. Temuan dari penelitian ini adalah, proses PEA (Produksi-Eksebisi-Arsip) melalui pendekatan video bisa dilakukan sebagai salah satu cara dalam membangun literasi kebencanaan. Hanya saja model pendekatan pengarsipan masih jauh dari yang diharapkan. Maka saran selanjutnya adalah mendiskusikan kembali pentingnya pengarsipan sebagai aset pengetahuan warga dalam upaya pengurangan risiko bencana.</p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/167 Ritme Editing Dalam Konvensi Genre dan Mood Film: Studi Kasus Film KKN Di Desa Penari (2022) Dan Wanalathi (2022) 2024-03-19T08:09:39+00:00 Ary Prama Saputra aryprama.s@gmail.com <p>Untuk bisa mengetahui keberadaan ritme editing sebuah film sangatlah mudah. Kita cukup dengan sadar menyimak pergantian gambar yang terjadi akibat <em>cutting</em>. Selanjutnya kita akan menyimpulkan tentang irama serta tempo film sebagai cepat atau lambat dimana kemudian disebut sebagai <em>pace</em>, berdasarkan sebuah pola. Tapi apakah ritme dan <em>pace</em> film hanya untuk sekedar membuat irama tanpa arah dan fungsi? Keberadaan ritme editing film harus bisa bersinergi dengan naratif film nya. Karena arahan bentuk ritme yang salah dari editing akan fatal dampaknya bagi film. Apalagi jika tatanan elemen naratif film mengarah ke genre tertentu yang pasti mengerucut jadi sebuah konvensi. Tulisan ini berusaha mengetahui bagaimana penggunaan ritme editing pada film komersial Indonesia dengan genre tertentu yaitu film horor. Objek kajian yang dipilih adalah film <em>KKN Di Desa Penari</em> (2022) dan <em>Wanalathi</em> (2022) karena keduanya memiliki posisi komersial yang bertolak belakang. Penelitian juga menemukan bahwa ritme dan <em>pace</em> untuk mendapatkan <em>mood</em> seram pada film horor tidak bisa hanya mengandalkan <em>cutting</em> yang cepat.</p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/137 Film Eksperimental Pink Pastel (2016): Praktik Seni Abjek, Homo Ludens & Gerakan Film Fesyen 2024-03-19T07:36:30+00:00 Eka Wahyu Primadani eka.wahyu.primadani@um-surabaya.ac.id Sito Fossy Biosa sito.fossy@binus.ac.id Waret Khunacharoensap khunacharoensap_w@su.ac.th <p>Era ini bentuk film semakin beragam karena eksplorasinya bercampur aduk, misalnya seperti kombinasi antara konsep homo ludens (‘manusia yang bermain’) dan seni yang jorok, menjijikkan, bahkan tabu (seni abjek) merambah luas hingga dunia film fesyen-eksperimental. Kajian tentang hubungan homo ludens dan seni abjek selalu memiliki kasus yang tidak pernah usai dibahas dalam karya sinema, terutama pada gerakan film eksperimental. Hal-hal yang muncul dari “ego” seniman (sutradara) menjadi materi untuk dibedah dari sisi yang luas, bernilai baik dan buruk, positif dan negatif, penerimaan hingga penolakan, melibatkan diskusi terkait efek mengganggu yang tidak lepas dari unsur penolakan terhadap karya-karya “anggun dan rapi”, terlebih pada pembahasan seni atau karya seni abjek atau bersifat abjektif-abjeksi, menampakkan sesuatu yang menantang batas kewajaran adalah sebuah kewajaran lainnya yang harusnya dapat diterima “penonton baru”. Di sini kami bermaksud menunjukkan hasil dari penggarapan film dengan cara menguraikan struktur atau sistem yang dapat merujuk pada sesuatu yang secara khusus mempertanyakan masalah estetika, protes, atau sarkastik terhadap sineas yang memproduksi film dengan aksi-drama dan bentukan film yang normal. Identitas karyanya dibentuk melalui proses penolakan yang menghasilkan penyimpangan aksi-reaksi yang digambarkan dengan jelas antara keadaan yang berbeda. Hal itu menunjukkan seberapa kita bisa memaknai estetika yang “buruk”, penuh penderitaan atas pengalaman orang-orang di sekitar kita, metode artistik seni dihadirkan dengan ciri khas memunculkan sesuatu yang menjijikkan, janggal atau ganjil, kedekatan terhadap sesuatu bernuansa satire, merupakan komponen penting dari sebuah pernyataan kritis sutradara film <em>Pink Pastel</em> (2016) untuk mengaktifkan kesadaran persepsi dan perspektif yang berlawanan dari sikap optimis tentang perubahan gaya bertutur drama pada film dari penonton-spektator yang kian cerdas, ambisi melawan aksi-drama konvensional atau normal pada tataran kewajaran realitas umum.</p> 2024-03-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru