IMAJI
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI
<p>IMAJI mewadahi kumpulan berbagai topik kajian film/audio visual yang berisi gagasan, penelitian, maupun pandangan kritis, segar, dan inovatif mengenai perkembangan fenomenal perfilman khususnya dan audio visual pada umumnya. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelitian terhadap medium film serta audio visual yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perfilman, termasuk fotografi, televisi dan media baru di Indonesia, agar menjadi unggul dan kompetitif di tingkat nasional dan di dunia internasional.</p>Fakultas Film dan Televisi - Institut Kesenian Jakartaen-USIMAJI1907-3097<p>IMAJI (ISSN Online: 2775-6033 | ISSN Print: 1907-3097 ) is <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" target="_blank" rel="noopener">licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License..</a></p>The Essay Film
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/262
<p>The essay film has a long and diverse history with a literary heritage that of the essay form. The term ‘essay’ often signifies a range of different categories of writing – from the literary writings to the academic essay. The essay form is both flexible and wide-ranging making it challenging to define what constitutes the form. Essays are continuously going through the process of definition. This re-ordering of the internal power of a medium is what Gilles Deleuze calls systems of perception that in turn establishes hierarchy and coherence in the form that relates to the intention of the creators of the text, the medium, and to the audience. Making sense of the structures of being is always also a matter of thinking about it. In the context of the essayistic form -- they are always something more, and something essentially different than mere reflections. An exploration of the essay form and film will open possibilities of the sub-genre in Indonesian cinema.</p>Nan Achnas
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-3016171410.52290/i.v16i1.262Membaca Mina dan Juragan Belanda
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/258
<p>Film pendek bertajuk “Mina dan Juragan Belanda / Het Dienstmeisje Gaat Inkoopen Doen” (1915) merupakan salah satu film kolonial Belanda yang diduga menjadi film perdana yang diproduksi di Indonesia. Akan tetapi, klaim ini memerlukan kajian lebih lanjut. Film berdurasi kurang dari sepuluh menit ini direkam di kawasan Jalan Harmoni, Jakarta. Selain sebagai hiburan bagi kaum kolonial, film ini juga berperan sebagai alat propaganda. Melalui alur ceritanya, film ini menguatkan stereotipe negatif terhadap masyarakat pribumi sekaligus mengabsahkan kekuasaan kolonial. Penggambaran kehidupan pribumi dalam film tersebut didasari oleh pandangan dunia kolonial yang bias, menampilkan eksotisme, generalisasi, dan subordinasi. Artikel ini menelaah aspek ideologis dari film dimaksud sebagai bagian dari sejarah produksi film kolonial di Indonesia.</p>Bambang Supriadi
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-30161152310.52290/i.v16i1.258Bidak Ratu dalam Catur Patriarki
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/257
<p><em>The film ‘The Queen’s Gambit’ not only presents the success story of a chess prodigy but also delves deep into the psychology of a woman. This research will employ a feminist psychoanalytic approach to analyze Beth Harmon’s internal conflicts arising from the pressure to conform to prevailing gender norms of her time. Beth’s dependence on addictive substances will be interpreted as a coping mechanism to deal with social pressures and gender identity conflicts. This study aims to reveal how the film highlights the complexities of women’s experiences in a patriarchal society. The research method used is a literature review and film observation with a focus on visual analysis.</em></p>Noverisa Zalma Amanda Wahyudin
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-30161243210.52290/i.v16i1.257Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Representasi Kondisi Sosial Masyarakat pada Film Jakarta vs Everybody (2021)
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/251
<p><em>In society there are different social conditions, based on each field. Films have the characteristic of adopting or imitating everyday life so that they can show the way a group of people interact with each other. In this example, the film Jakarta vs Everybody uses a non-formal language style, the dialogue in this film combines everyday language typical of young people in big cities, including a mixture of Indonesian and English which is often used by the younger generation. In this interaction there is a depiction of different social conditions between the characters which apparently shows differences in the way of speaking used. This research uses a qualitative approach to analyze the differences in the variety of languages used by the characters. The type of research used is analysis with a focus on analyzing the relationship between the way of speaking and the dialogue used when the characters interact with each other as well as the form of scene interaction they carry out when saying the dialogue. Based on the results of research on the film Jakarta vs Everybody, it can be concluded that the social conditions in the film greatly influence the use of Indonesian in the dialogue. This usually happens in big cities because there are differences in regional backgrounds and social conditions which have a big influence on the slang someone uses.</em></p>Maria ValenciaArbyan Wira Brahmantyono PambudiMuhammad IrfanMuhammad Iqbal Maulana IzzaniZefanya Keane Olivier Montong
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-30161334110.52290/i.v16i1.251Visualisasi Emosi Kolektif dan Pesan Moral dalam Film Home Sweet Loan (2024)
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/256
<p>Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pesan moral yang ada dalam film Home Sweet Loan (2024). Film tersebut diangkat berdasarkan dari sebuah novel yang berjudul Karangan Asmira Bastari. Film ini berhasil mendapatkan ulasan baik dan menembus satu juta penonton dalam 11 hari tayang. Film ini memiliki alur yang sangat kompleks dan terdapat beberapa pesan moral yang dapat diambil. Penulis naskah film mampu mengelolah emosi pemain dan menempatkan pesan moral dengan pengemasan yang sangat unik. Tujuan penelitian ini untuk mengulik lebih dalam mengenai pesan moral apa yang dapat diambil dari film Home Sweet Loan (2024) dan memberikan banyak ilmu mengenai apa yang akan dipelajari lebih dalam pada penelitian ini. Metode yang digunakan pada film ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis Semiotika Charles Sander Peirce. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya pesan moral yang dapat dianalisis berdasarkan komsep Charles Sander Peirce yang dapat diambil pada film tersebut diantaranya, pertama kerja keras, persahabatan, dan rendah hati berdasarkan dari representamen, object dan interpretant. Pesan moral digambarkan melalui dialog dari para pemain. Selanjutnya, object merupakan sesuatu yang direpersentasikan. Dalam penelitian ini, object disini terlihat pada gaya bicara, gestur tubuh serta dialog pesan moral yang muncul sebagai tanda lalu diproses oleh peneliti yang kemudian hasilnya disimpulkan menggunakan bahasa peneliti.</p>Afri YantiWelcy Fine
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-30161424910.52290/i.v16i1.256Efektivitas Manajemen Produksi Film Pendek Topeng Klana Udeng
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/263
<p><em>Film pendek dapat menggambarkan realitas kehidupan masyarakat secara jujur dengan menggunakan simbol. Film pendek dapat menciptakan ruang kreativitas dengan melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam elemen-elemen audio visual. Manajemen produksi film terdiri atas enam tahapan produksi, yaitu pertama tahapan pengembangan gagasan, kedua tahapan persiapan produksi, ketiga tahapan produksi, keempat tahapan paska produksi, kelima tahapan distribusi dan keenam tahapan eksibisi. Pada manajemen produksi film pendek yang berjudul Topeng Klana Udeng menggunakan empat tahapan, yaitu pertama tahapan pengembangan gagasan dan persiapan produksi, kedua tahapan produksi, ketiga tahapan paska produksi dan keempat tahapan distribusi & eksibisi. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Alur kerja manajemen produksi yang digunakan dalam produksi film pendek Topeng Klana Udeng dapat menciptakan manajemen produksi film pendek yang efektif dan efisien.</em></p>Rina Yanti Harahap
Copyright (c) 2025 IMAJI
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2025-04-302025-04-30161505710.52290/i.v16i1.263