IMAJI
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI
<p>IMAJI mewadahi kumpulan berbagai topik kajian film/audio visual yang berisi gagasan, penelitian, maupun pandangan kritis, segar, dan inovatif mengenai perkembangan fenomenal perfilman khususnya dan audio visual pada umumnya. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelitian terhadap medium film serta audio visual yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perfilman, termasuk fotografi, televisi dan media baru di Indonesia, agar menjadi unggul dan kompetitif di tingkat nasional dan di dunia internasional.</p>Fakultas Film dan Televisi - Institut Kesenian Jakartaen-USIMAJI1907-3097<p>IMAJI (ISSN Online: 2775-6033 | ISSN Print: 1907-3097 ) is <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" target="_blank" rel="noopener">licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License..</a></p>Televisi sebagai Ideologi “Pembangun Karakter Bangsa”
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/239
<p>Televisi menjadi kekuatan baru, yang konon lahir karena kepentingan politik. Terutama juga menjadi senjata para penguasa dalam menanamkan ideologinya, semacam propaganda keberhasilan dalam membangun negara. Dalam kemampuan penonton yang semakin matang dalam menyerap setiap teks apapun, termasuk dalam era global yang sedang berlangsung dimana lahir berbagai karakter televisi, teks-teks populer (popular culture) semestinya sudah mulai menggantikan peran ideologi yang berbasis pada kekuasaan penguasa dalam teks-teks media.</p>Arturo Gunapriatna
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-16525658Membaca Film Pacar Ketinggalan Kereta (1989) dari Perspektif Genre Musikal
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/240
<p>Pacar Ketinggalan Kereta (1989) merupakan film layar lebar terakhir dari sutradara Teguh Karya. Diadaptasi dari novel Kawinnya Juminten dan Martubi karya Arswendo Atmowiloto, film ini bercerita tentang dinamika kehidupan dua keluarga yang dibumbui kisah percintaan, kecemburuan, dan sedikit kelucuan. Tidak hanya bersandar pada tokoh-tokoh dan konflik dalam ceritanya, film ini juga memanfaatkan peran musik secara spesifik dalam bentuk penampilan musical number yang identik dengan genre musikal. Namun, apakah peran musik yang demikian sudah dapat menguatkan posisi film ini sebagai sebuah film ber-genre musikal? Artikel ini akan berusaha memberi definisi terhadap genre musikal pada umumnya, lalu membaca film Pacar Ketinggalan Kereta dengan definisi tersebut supaya dapat menyimpulkan apakah film ini dapat dikategorikan ke dalam genre musikal atau tidak.</p>Bawuk Respati
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-16525966Mise-en-scene dalam Sang Penari-nya Ifa Isfansah
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/241
<p>Tinjauan kritis terhadap mise-en-scene dalam film Sang Penari arahan sutradara Ifa Isfansah merupakan pemaparan yang berisi kritik terhadap unsur-unsur di luar unsur sinematografis, yang meliputi unsur seni peran atau acting, pengemasan tata artistik dan unsur pencahayaan. Telaah kritis tersebut dinilai berdasarkan resepsi dan interpretasi penulis yang dikaitkan dengan beberapa teori mise-en-scene, yang berisi batasan dan indikasi-indikasi tentang bagaimana aspek mise-en-scene dapat diwujudkan secara maksimal dalam sebuah film.</p> <p>Tulisan ini diawali dengan kajian tentang pentingnya optimalisasi mise-en-scene dalam film sekaligus menelaah relasi antara mise-en-scene dalam sebuah kreativitas pembuatan film. Kajian tersebut ditindaklanjuti dengan pemaparan seputar cerita dan konflik film Sang Penari yang ditegaskan dalam film dari scene awal hingga scene terakhir.</p>Zainal Abidin
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-16526774Kedudukan Perempuan Jawa Sebagai Istri Dalam Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/242
<p>Perempuan Jawa pada film Opera Jawa karya Garin Nugroho dianalisis berdasarkan teori Roland Barthes, “The Second Order Signification”. Deskripsi perempuan Jawa dianalisis pada tataran sistem penandaan pertama yang memunculkan makna denotasi, tataran sistem penandaan kedua yang memunculkan makna konotasi serta pada tataran mitos dan ideologi yang terkandung dalam film Opera Jawa.</p> <p>Dalam film Opera Jawa, pada tataran denotasi perempuan Jawa digambarkan sebagai perempuan yang patuh dan setia pada suaminya. Pada tataran konotasi, perempuan Jawa dipercaya sebagai lambang kesuburan, sebagaimana mitos yang berakar di masyarakat Jawa yang percaya dengan keberadaan Dewi Sri yang juga sebagai lambang kesuburan.</p> <p>Sehingga perempuan dalam masyarakat Jawa dimaknai memiliki kedudukan penting. Perempuan dalam masyarakat Jawa merupakan lambang kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga.</p>Naswan Iskandar
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-16527588FILM - TV Drama: Mengunggah Program Unggulan atau Sekedar “Coba-coba” ?
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/243
<p>Sampai sekarang siaran televisi adalah salah satu pandangan yang dapat dipercaya untuk membangkitkan perhatian khusus bagi masyarakat pebisnis. Demikian pulalah sebagai penggerak terpuji yang menyentak rasa kesenangan yang datang dari impian hidup seseorang. Pada penyiaran televisi selaku bisnis dari ide dan komunikasi menyatu menjadi dasar hidup manusia yang saling berhubungan dan bertukar pikiran antar mereka.</p> <p>Program siaran ber-format drama menyampaikan jalan yang luas terhadap hidup seseorang atau bagaikan hidup seseorang yang mempunyai momentum kemuliaan dan ekses positif lainnya. Demikianlah penyertaan hidup secara total akan membuat bisnis televisi sebagai sebuah pengalaman yang sangat menarik.</p>RM Soenarto
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-16528992Stereotip Etnis Betawi dalam Sinetron Studi Kasus: Si Doel Anak Sekolahan
https://imaji.ikj.ac.id/index.php/IMAJI/article/view/244
<p>Sebagai media komunikasi massa, televisi mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, dan juga fungsi penghubung dalam menjawab persoalan-persoalan lingkungan. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS) yang pernah sangat digemari menarik untuk dianalisa karena didalamnya ada representasi etnis Betawi dan lingkungannya. Dengan teori kultivasi (penumbuhan) dikemukakan bahwa kecanduan menonton televisi dapat menumbuhkan persepsi bahwa realitas dunia yang sesungguhnya adalah sama dengan apa yang disajikan oleh televisi, sehingga dimungkinkan terjadi persepsi stereotip penonton atas etnis ini Persepsi yang terbentuk dari menonton SDAS bisa berupa persepsi murni, bisa pula persepsi yang dihasilkan dengan membandingkan realita media dengan realita sosial, sesuai fungsi media massa yang dapat membentuk, memperteguh atau merubah citra yang sudah dimiliki khalayak.</p>Suzen HR Tobing
Copyright (c) 2013
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-10-162024-10-165293100