Rekreasi Ketakutan: Sebuah Kajian Menonton Film Horror Di Masa Pasca Pandemi

Authors

  • Tri Widyastuti Setyaningsih Fakultas Film dan Televisi, Insitut Kesenian Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.52290/i.v14i1.100

Keywords:

film horor, horor, industri film

Abstract

Tujuan utama dari film horror adalah untuk menakut-nakuti dan mengejutkan penonton dengan menggunakan berbagai motif audio visual dan perangkat teknis lainnya. Film horror sering menjadi film yang laris, bahkan meraup box office. Ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19, sebuah kondisi yang menakutkan, film horror tetap menjadi tontonan yang digemari. Mengapa orang menonton film bergenre horror pada masa pascapandemi dan apa efek yang dihasilkan setelah menontonnya, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dibahas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini menggunakan konsep industri budaya, dengan logika industrialisasi dan komersialisasi budaya. Penonton diposisikan sebagai konsumen industri budaya yang melakukan komodifikasi dan repetisi dalam produksi. Penelitian menunjukkan bahwa menonton film horror menjadi semacam rekreasi ketakutan, sebagai pengalaman emosional untuk memperoleh kesenangan dari keterlibatan main-main dengan situasi yang menimbulkan rasa takut. Menonton film horror adalah sebuah perayaan, sebuah ritus rekreasi ketakutan di dunia industri budaya, termasuk di masa pascapandemi.

Author Biography

Tri Widyastuti Setyaningsih, Fakultas Film dan Televisi, Insitut Kesenian Jakarta

lebih dikenal dengan nama Wiwid Setya. Berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam industri film Indonesia dengan profesi sebagai Line Producer/Associate Producer. Terlibat dalam mengelola penyelenggaraan Jiffest dan British Film Festival (BFF) membawa Wiwid memperoleh beasiswa magang manajemen seni di Sydney Film Festival (SFF) sekaligus mendalami ilmu manajemen film di Australian Film Television and Radio School (AFTRS). Selain menjadi dosen pada kekhususan Mata Kuliah Produksi Film di FFTV- IKJ, saat ini Wiwid menjabat sebagai Anggota Lembaga Sensor Film (LSF-RI) periode 2020–2024.

References

Buku

Biran, Misbach Yusa. Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film Di Jawa, Depok: Komunitas Bambu, 2009

Jones, Alan. The Rough Guide To Horror Movies. London: Rough Guides. 2005

Junaedi, Fajar, dan Danu Asmoro (Ed.). Elegi Dunia Perfilman Indonesia. Yogyakarta: Atma Jaya. 2010

Kuhn, Annete and Guy Westwell. A Dictionary of Film Studies (1st ed.). Oxford University Press. 2012

Witkin, Robert W. Adorno On Popular Culture. London: Routledge. 2003

Jurnal

Andersen, Marc Malmdorf, Uffe Schjoedt, Henry Price, Fernando E. Rosas, Coltan Scrivner and Mathias Clasen. “Playing With Fear: A Field Study In Recreational Horror”. Psychological Science, pp 1–14 © The Author(S). 2020. sagepub.com/journals-permissions, DOI: 10.1177/0956797620972116, www.psychologicalscience.org/PS

Ardiyanti, Handrini. “Perfilman Indonesia: Perkembangan dan Kebijakan Sebuah Telaah Dari Perspektif Industri Budaya”. Kajian Vol. 22 No. 2 Juni 2017

Baker, Thomas Alexander Charles. “A Cultural Economy Of The Contemporary Indonesian Film Industry”. Thesis S2 Philosophy Department Of Sociology National University Singapore. 2011

Lehne, M., and Koelsch, S. “Toward a general psychological model of tension and suspense”. Front. Psychol. 6:79, 2015.. doi: 10.3389/fpsyg.2015.00079

Lutfi, Muhammad. “Perkembangan Film Horror Indonesia Tahun 1981-1991”. Avatara E-Journal Pendidikan Sejarah, Vol. 1, No.1, 2013

Martin, G. Neil. “(Why) Do You Like Scary Movies? A Review of the Empirical Research on Psychological Responses to Horror Films”. Frontiers in Psychology | www.frontiersin.org - October 2019 | Volume 10 | Article 2298

Patawari, Muhammad Yunus dan Dyah Rachmawati Sugiyanto. “Pergeseran Paradigma Distribusi Film Pada Masa Pandemi Covid-19 Dan Prediksi Eksistensi Bioskop Pascapandemi Covid-19”. Jurnal Urban Vol 5, No. 2 Oktober 2021 - Maret 2022, pp. 77 - 158

Scrivner, Coltan, John A. Johnson, Jens Kjeldgaard-Christiansen and Mathias Clasen. “Pandemic Practice: Horror Fans And Morbidly Curious Individuals Are More Psychologically Resilient During The Covid-19 Pandemic”. Personality And Individual Differences 168 (2021) 110397. https://doi.org/10.1016/j.paid.2020.110397

Zillmann, D., Weaver, J. B., Mundorf, N., and Aust, C. F. “Effects of an opposite-gender companion’s affect to horror on distress, delight, and attraction”. J. Pers. Soc. Psychol. 51, 1986, pp. 586–594. doi: 10.1037/0022-3514.51.3.586

Website

Baudrillard, Jean. “Simulations”, English Edition Translated By Paul Foss Et Al., (Online), Https://Ia801605.Us.Archive. Org /19/Items/ Simulations1983/ Baudrillard_ Simulations. Pdf

Darmawan, Hikmat. “Mengapa Film Horror”. Https://Perfilman.Perpusnas.Go.Id/Kliping_Artikel/Detail/357,

Meydhalifah, Tita. “Perubahan Produksi Film Horror Indonesia Periode 1971-2001”. Histma.Fib.Ugm.Ac.Id/2018/01/31/Perubahan-Produksi-Film-Horror-Indonesia-Periode-1971-2001. 2018

Ni’am, Maulin dan Nella A. Puspitasari.“Film Horror Indonesia: Menertawakan Ketakutan”. Academia.Edu, 2014

Paramita, Viriya. “Jejak Film Horror Indonesia”. Https://Cinemapoetica.Com/Jejak-Film-Horror-Nusantara/. 2016

Published

2023-04-10

How to Cite

Setyaningsih, T. W. (2023). Rekreasi Ketakutan: Sebuah Kajian Menonton Film Horror Di Masa Pasca Pandemi. IMAJI, 14(1), 57–72. https://doi.org/10.52290/i.v14i1.100