Film Eksperimental Pink Pastel (2016): Praktik Seni Abjek, Homo Ludens & Gerakan Film Fesyen
DOI:
https://doi.org/10.52290/i.v15i1.137Keywords:
film eksperimental, film fesyen, seni abjekAbstract
Era ini bentuk film semakin beragam karena eksplorasinya bercampur aduk, misalnya seperti kombinasi antara konsep homo ludens (‘manusia yang bermain’) dan seni yang jorok, menjijikkan, bahkan tabu (seni abjek) merambah luas hingga dunia film fesyen-eksperimental. Kajian tentang hubungan homo ludens dan seni abjek selalu memiliki kasus yang tidak pernah usai dibahas dalam karya sinema, terutama pada gerakan film eksperimental. Hal-hal yang muncul dari “ego” seniman (sutradara) menjadi materi untuk dibedah dari sisi yang luas, bernilai baik dan buruk, positif dan negatif, penerimaan hingga penolakan, melibatkan diskusi terkait efek mengganggu yang tidak lepas dari unsur penolakan terhadap karya-karya “anggun dan rapi”, terlebih pada pembahasan seni atau karya seni abjek atau bersifat abjektif-abjeksi, menampakkan sesuatu yang menantang batas kewajaran adalah sebuah kewajaran lainnya yang harusnya dapat diterima “penonton baru”. Di sini kami bermaksud menunjukkan hasil dari penggarapan film dengan cara menguraikan struktur atau sistem yang dapat merujuk pada sesuatu yang secara khusus mempertanyakan masalah estetika, protes, atau sarkastik terhadap sineas yang memproduksi film dengan aksi-drama dan bentukan film yang normal. Identitas karyanya dibentuk melalui proses penolakan yang menghasilkan penyimpangan aksi-reaksi yang digambarkan dengan jelas antara keadaan yang berbeda. Hal itu menunjukkan seberapa kita bisa memaknai estetika yang “buruk”, penuh penderitaan atas pengalaman orang-orang di sekitar kita, metode artistik seni dihadirkan dengan ciri khas memunculkan sesuatu yang menjijikkan, janggal atau ganjil, kedekatan terhadap sesuatu bernuansa satire, merupakan komponen penting dari sebuah pernyataan kritis sutradara film Pink Pastel (2016) untuk mengaktifkan kesadaran persepsi dan perspektif yang berlawanan dari sikap optimis tentang perubahan gaya bertutur drama pada film dari penonton-spektator yang kian cerdas, ambisi melawan aksi-drama konvensional atau normal pada tataran kewajaran realitas umum.
References
Arya, Rina. Abjection and Representation. London: Palgrave Macmillan, 2014.
Biosa, Sito Fossy, Waret Khunacharoensap. “PASCA LISAN”, A Dadaist Film With TRISIKON. Jurnal Artistic ISI Surakarta, Vol. 3, no. 2, 2022, hal. 146. https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/artistic/article/view/4466.
Brand, C.“A Materialist Reading of Abject Art: Performance, Social Reproduction and Capitalism.” Open Library of Humanities 7(1), 2021, hal. 3.
Foster, Hal. Obscene, Abject, Traumatic. Cambridge: MIT Press & JSTOR, 1996, hal. 107.
Damajanti, Irma. Psikologi Seni. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama, 2006.
Lukas, Sarah. Art Term, Abject Art. UK: TATE, 1997. https://www.tate.org.uk/art/art-terms/a/abject-art. 22.30 WIB. 2022.
Primadani, Eka Wahyu, Sito Fossy Biosa, Waret Khunacharoensap. “Homo Ludens & PINK PASTEL; Aksi Drama dlam Film Eksperimental dengan pendekatan Abject Art”. Jurnal Amarasi ISI Denpasar, Vol. 5, no. 1, 2024, hal. 83. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/amarasi.
Rancajale, Hafiz, Friend. ARKIPEL: Homoludens. Jakarta: Forum Lenteng, 2018.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 IMAJI
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
IMAJI (ISSN Online: 2775-6033 | ISSN Print: 1907-3097 ) is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License..