Special Effect Di Awal Sinema Indonesia: Studi Kasus Tie Pat Kai Kawin (1935) dan Tengkorak Hidoup (1941)

Authors

  • Agustinus Dwi Nugroho Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.52290/i.v13i2.76

Keywords:

efek khusus, teknik sinematik, teknologi film

Abstract

Efek khusus telah digunakan dalam produksi film sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada masa Hindia Belanda tahun 1935, di film Tie Pat Kai Kawin (1935) dan Tengkorak Hidoep (1941). Keduanya adalah film klasik Indonesia yang masih menggunakan warna hitam putih. Kedua film tersebut disutradarai oleh The Teng Chun (Tie Pat Kai Kawin) dan Tan Tjoei Hock (Tengkorak Hidoep). Pada masa itu para sineasnya memang banyak melakukan adaptasi, khususnya adaptasi cerita-cerita tentang siluman seperti yang terlihat pada film Tie Pat Kai Kawin. Hal inilah yang menjadi motivasi penggunaan efek khusus pada film tersebut. Sementara dalam film Tengkorak Hidoep, efek khusus dipakai untuk visualisasi teknik horornya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan pada efek khusus yang ditampilkan dalam adegan pada kedua film tersebut. Pengamatan akan lebih fokus pada adegan-adegan yang menggunakan teknik-teknik manual untuk menghasilkan efek khusus seperti goresan pada seluloid, stop motion, transisi editing, dan properti asli. Penelitian ini mengungkapkan bahwa teknologi film pada masa itu mampu memvisualisasikan eksplorasi sinematik dalam mengemas cerita di masa sejarah awal film Indonesia.

 

 

Author Biography

Agustinus Dwi Nugroho, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Agustinus Dwi Nugroho, Saat ini aktif sebagai pengajar di Prodi Televisi dan Film, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta di beberapa mata kuliah seperti Pengantar Film dan Televisi, Sejarah Film dan Televisi, Teori Film dan Televisi, dan Kritik Film dan Televisi. Tergabung dalam Komunitas Film Montase (montase.org) yang bergerak di bidang produksi, edukasi, serta apresiasi film, sejak tahun 2008. Terlibat sebagai penyusun dan penulis dalam buku berjudul 30 Film Indonesia Terlaris: Sebuah Tinjauan Naratif dan Sinematik. Ia tergabung pula sebagai penulis di website kritik film montasefilm.com. Salah satu artikel berjudul Asih: Cermin Horor Kontemporer yang ditulis bersama rekannya mampu mendapat nominasi Festival Film Indonesia FFI 2021 dalam kategori Kritik Film terbaik.

References

Biran, Misbach Yusa. Sejarah Film 1900 - 1950 Bikin Film Di Jawa. Komunitas Bambu, 2009.

Bordwell, David, Kristin Thompson and Jeff Smith. “Film Art an Introduction.” Film Art: An Introduction, Eleventh E, McGraw-Hill Componies, 2017.

Cohen, Orit Fussfeld. “The New Language of the Digital Film.” Journal of Popular Film and Television, vol. 42, no. 1, Jan. 2014, pp. 47–58, https://doi.org/10.1080/01956051.2012.759898.

Gaik Cheng, Khoo and Thomas Barker - editor. Mau Dibawa Ke Mana Sinema Kita? (Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia). Salemba Humanika, 2011.

North, Dan. “Magic and Illusion in Early Cinema.” Studies in French Cinema, vol. 1, no. 2, 2001, pp. 70–79, https://doi.org/10.1386/sfci.1.2.70.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Edisi Kedua. 2nd ed., Montase Press, 2017.

Turnock, Julie. “Patient Research on the Slapstick Lots: From Trick Men to Special Effects Artists in Silent Hollywood.” Early Popular Visual Culture, vol. 13, no. 2, 2015, pp. 152–73, https://doi.org/10.1080/17460654.2015.1025531.

Vinther, Janus. Special Effects Make-Up. A. & C. Black, 2003, https://archive.org/details/specialeffectsma0000vint.

Published

2022-07-31

How to Cite

Nugroho, A. D. . (2022). Special Effect Di Awal Sinema Indonesia: Studi Kasus Tie Pat Kai Kawin (1935) dan Tengkorak Hidoup (1941). IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, &Amp; Media Baru, 13(2), 92–102. https://doi.org/10.52290/i.v13i2.76