Budaya Menonton Film: Teknologi Digital dan Katalisasi COVID-19 Menuju (Siklus) Layar Personal

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan film dan prinsip kepenontonan film ketika wabah COVID-19 melanda dunia, saat industri perfilman juga ikut merasakan dampaknya. Berbagai cara dan upaya untuk menyelamatkan industri film ternyata justru menciptakan suatu budaya baru dalam tindakan menonton film. Kesimpulan ini dihasilkan berdasarkan metode penelitian berbasis literatur yang dilakukan dalam penelitian ini, melalui pendekatan metodologi strukturisme sejarah. Jika ditarik jauh ke belakang (1890-an), dalam sejarah relasi film dan penonton, prinsip orang menonton film dilakukan secara personal (individual). Thomas Alfa Edison adalah pelopornya melalui alatnya bernama Kinetoskop. Kehadiran Lumiere Bersaudara telah mengubah konsep menonton film. Menonton film beralih pada konsep layar besar, penonton massal, termasuk diberlakukannya tiket berbayar. Dari sinilah kemudian kita akhirnya mengenal bioskop sebagai ruang pemutaran film dalam skala yang lebih luas. Munculnya wabah COVID-19 sebagai katalisator baru telah mengubah bioskop massal menjadi bioskop yang bersifat lebih personal. Selain itu fenomena digital turut mempercepat era perfilman menuju dunianya yang baru: film streaming. Keputusan akhir penelitian ini akhirnya menyimpulkan bahwa cara orang menonton film di masa depan akan semakin personal (kembali) -seperti halnya yang terjadi pada era di mana Thomas Alfa Edison pertama kali memperkenalkan film pada masyarakat.