No. 2 (2006): Dimana Posisi Kritik Sinema Indonesia?
Slogan-slogan Ayo Membaca seringkali membuat kerut dahi, bahkan seringkali tak disentuh tindakan sarna sekali, terutama oleh masyarakat non-pembaca (baca; malas membaca). Alasan tidak tersedianya buku, harga yang mahal ataupun sulitnya menemukan buku termasuk karena langka dan sebagainya, menjadi dalih yang membuat bahasa tulisan kerap hanya sebagai pengisi halaman buku, majalah, jumal, terutama jika sudah mengklaim sebagai "sesuatu yang ilmiah".
Lain lagi ketika mulai membaca, tulisan yang terpapar terlalu "berat" untuk dicerna bahkan untuk sekedar dipahami, akan dibuang jauh-jauh oleh masyarakat yang memang kondisinya belum berkeinginan untuk menjadi "pintar".
Hal-hal tadi mungkin problem yang cukup mendasar dalam membiasakan diri untuk membaca , apapun bentuknya, buku, surat kabar, majalah, ataupun sekedar kertas pembungkus yang ditemui di sembarang jalan.
Fakultas Film dan Televisi IKJ yang konon banyak melahirkan "pekerja" film, dan nyatanya berhasil di "dunia kreatif' film dan televisi, seharusnya bisa melebarkan konsep akademisnya. Dengan kegemilangan hasil Festival Film Indonesia 2005 dimana hampir semua lulusan fakultas ini memperoleh penghargaan tertinggi semacam kategori film terbaik (GIE -Sutradara Riri Riza), sutradara terbaik (Hanung Bramantyo), sinematografi terbaik (Yudi Datau) , editor terbaik (Yoga K. Koesprapto), penata suara terbaik (Asifa Nasution dan Adi Molana), film dokumenter terbaik (IGP Wiranegara) dan sebagainya, konsep akademis "menciptakan pekerja" film yang bermutu barangkali bukan menjadi target utama.
Sudah saatnya dalam mengiringi keberhasilan "kerja membuat film", para lulusan fakultas ini kelak sanggup juga "membaca film" artinya dengan perangkat teori teori dan analisa kritis yang dimilikinya, film bukan lagi ditempatkan sebagai media elektronis semata, tapi bisa menjadi sebuah konsep budaya dan bisa didiskusikan secara ilmiah. Langkah awal dengan membuka program S2 di Fakultas Film dan Televisi IKJ dalam waktu dekat ini barangkali patut didukung.
Dalam jumal ini kami mencoba menawarkan pembaca (siapapun) untuk berpikir dan melepaskan beban-beban dan asumsi untuk "berkeberatan" membaca. Dengan tema-tema terkini dan bahasa tulisan (bahkan nyaris dialogis), para penulis berupaya berbahasa dengan tulisan dan berdialog secara imajinasi dengan pembaca, sekaligus membawa "sesuatu yang ilmiah" Untuk itulah jumal ini dinamakan IMAJI.
Articles
-
Membaca Sinema Menonton Kritik Sinema
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 33 times | PDF downloaded: 35 times
-
Penulisan Kritik Film & Perkembangan Baru Film Indonesia
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 113 times | PDF downloaded: 60 times
-
Novel-Film PP: Fenomena Indonesia
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 32 times | PDF downloaded: 22 times
-
Sinema dan Kajian Budaya (1): Teknologi, Antara Teknik dan Ideologi
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 54 times | PDF downloaded: 34 times
-
Hegemoni Wajah Dalam Sejarah Film: Sebuah Tinjauan Historis Secara Personal
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 40 times | PDF downloaded: 40 times
-
Pengalaman di La Femis
- PDF (Bahasa Indonesia) | Abstract views: 26 times | PDF downloaded: 34 times